? echo
 

 ==  Berita Hari Ini ==

 

Senin, 17 Nopember 2003
Menggapai Lailatul Qodar

LAILATUL Qodar adalah salah satu keutamaan bulan Ramadhan. Secara etimologis (harfiyah), Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, yakni lail atau lailah yang berarti "malam hari" dan qadar yang bermakna "ukuran" atau "ketetapan". Secara terminologis (maknawi), Lailatul Qodar dapat dimaknai sebagai "malam yang agung" atau "malam yang mulia".

Ada juga yang mengatakan bahwa Lailatul Qodar adalah malam penetapan Allah bagi perjalanan hidup manusia. Diturunkannya Alquran pada malam itu dipahami sebagai penetapan jalan hidup manusia yang harus dilalui, dengan panduan Alquran.

Lalu, apakah sebenarnya Lailatul Qodar itu? Yang pasti, Allah SWT menjelaskan, Lailatul Qodar itu lebih utama dari seribu bulan (83 tahun). Pada malam itu, para malaikat turun ke bumi dengan izin-Nya, sehingga sepanjang malam itu tersebar keselamatan bagi penduduk bumi hingga terbit fajar (QS. Al-Qodar: 1-5).

Dalam sebuah hadits riwayat Anas bin Malik, Rasulullah SAW menegaskan, "Sesungguhnya Allah mengaruniakan Lailatul Qodar hanya untuk umatku dan (Allah) tidak memberikannya kepada umat-umat sebelumnya".

Menurut Anas bin Malik, keutamaan Lailatul Qodar adalah berupa ibadah - seperti shalat, tilawah, dzikir, dan amal sosial (seperti zakat, infak, sedekah) - yang dilakukan pada malam itu dan nilainya lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan.

Lalu untuk urusan apa para malaikat termasuk Jibril turun ke bumi pada malam itu? Sebagaimana sabda Rasul yang diriwayatkan Abdullah bin Abbas, pada malam itu para malaikat turun ke bumi untuk menghampiri dan mengucapkan salam kepada hamba-hamba Allah yang sedang beribadah. Pada malam itu, pintu-pintu langit dibuka dan Allah menerima taubat hamba-Nya.

Keutamaan Lailatul Qodar tersebut sungguh menggiurkan. Wajar bila kedatangannya begitu didambakan setiap Muslim. Menariknya, Allah dan Rasul-Nya tidak menentukan kapan malam itu tiba, sehingga upaya perburuan Lailatul Qodar di bulan Ramadhan menjadi fenomena tersendiri di kalangan umat Islam.

Para ulama berbeda pendapat tentang kapan persis terjadinya Lailatul Qodar karena beragamnya informasi hadis Rasulullah serta pemahaman para sahabat. Pendapat pertama menyebutkan Lailatul Qodar mungkin terjadi pada malam ke-27 sebagaimana hadis riwayat Iman Ahmad, Thabrani, dan Baihaqi.

Pendapat kedua menyebut malam 17 Ramadhan, malam diturunkannya Alquran (Nuzulul Quran). Pendapat ketiga menyatakan, Lailatul Qodar terjadi pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir Ramadhan, sebagaimana sabda Rasul, "Carilah Lailatul Qodr pada malam-malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan" (HR. Bukhari, Muslim, dan Baihaqi). Hadis lain menyebutkan malam penuh keberkahan itu terjadi pada malam tanggal 21 Ramadhan atau tanggal 23 Ramadhan. Ada juga hadits yang menyebutkan Lailatul Qodar bisa dicari pada tujuh malam terakhir (HR Bukhari dan Muslim).

Sebagai pegangan, kita bisa menarik kesimpulan, Lailatul Qodar terjadi pada malam ganjil dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Dengan demikian, "perburuan" malam itu bisa dilakukan mulai malam ke-21 hingga ke-29 Ramadhan.

BAGAIMANA kita bisa mengenali Lailatul Qodar? Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi, meriwayatkan, Rasulullah SAW menerangkan, tanda-tanda Lailatul Qodar itu antara lain suasana malam itu terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk, tidak terasa panas, tidak juga dingin. Pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih, terang-benderang, tanpa tertutup awan.

Namun demikian, tanda yang paling jelas tentang kehadiran Lailatul Qodar bagi seseorang adalah kedamaian dan ketenangan batinnya, sehingga benar-benar menikmati kedekatan dengan Allah melalui amal ibadah pada malam itu.

Teknik "perburuan" yang dicontohkan Rasul adalah dengan melakukan i'tikaf di masjid dalam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Demi menggapai Lailatul Qodar itu, umat Islam diizinkan untuk hidup seperti pertapa, mengurung diri di dalam masjid, menyibukkan diri dengan sholat, dzikir, doa, mengkaji Alquran dan Sunnah, serta menjauhi segala urusan duniawi.

Sebenarnya, seluruh malam bulan Ramadhan adalah waktu untuk mendapatkan Lailatul Qodar itu. "Perburuan" terhadap malam kemuliaan itu hendaknya dilakukan sejak malam pertama bulan Ramadhan. Tak sehari pun berlalu tanpa amal shalih.

Ibarat seorang pesepakbola profesional yang terus berlatih dan bermain, setiap hari, minimal untuk menjaga kondisi tubuh dan teknik memainkan bola, meski tidak ada pertandingan resmi. Atau ibarat sebuah tim sepakbola yang harus melalui babak penyisihan dengan baik. Memandang setiap pertandingan sebagai final. Hanya tim terlatih dan terbaik yang bisa meraih juara.

Dengan demikian, Lailatul Qodar hanya akan ditemui oleh mereka yang mempersiapkan diri dan menyucikan jiwa guna menyambutnya. Kebaikan dan kemuliaan yang dihadirkan oleh Lailatul Qodar hanya akan diraih oleh orang-orang tertentu yang berakhlak mulia dan memuliakan hari-harinya dengan menjalankan syariat Islam.

Jika kita ditakdirkan Allah menemui Lailatul Qodar, doa pertama yang dipanjatkan adalah "Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, suka memaanfkan, maka maafkanlah kesalahanku" (Allahumma innaka 'afuwun tuhibul afwa fa'fu 'anni). Itulah yang diajarkan Rasulullah kepada Aisyah ketika ia bertanya: "Wahai Rasulullah, bila aku ketahui kedatangan Lailatul Qodar, apa yang mesti aku ucapkan"? (HR. Ahmad, Ibnu Majah dan Tirmidzi).

Orang yang menemui Lailatul Qodar akan berubah kehidupannya menjadi jauh lebih baik. Para malaikat yang menemu jiwanya malam itu, akan tetap hadir memberikan bimbingan dalam mengarungi samudera kehidupan hingga akhir hayatnya.

Dengan hadirnya "semangat kebaikan" yang dibisikkan malaikat itu, bisikan nafsu dan syetan yang hadir dalam jiwa setiap manusia akan terpinggirkan. Ia takkan mampu menembus dinding tebal bisikan kebaikan malaikat. Singkatnya, orang yang jiwanya dikendalikan bisikan malaikat, yang fondasinya tertanam pada malam Lailatul Qodar, jiwanya selalu terdorong untuk melakukan kebaikan.

Pandangan demikian mendapatkan "pembenaran sejarah". Kita tahu, Lailatul Qodar yang ditemui Muhammad SAW pertama kali adalah ketika beliau menyendiri di Gua Hira, merenung tentang kondisi diri sendiri dan masyarakat.

Saat kebeningan hati tercipta, turunlah "Ar-Ruh" (Malaikat Jibril) membawa wahyu, sehingga terjadilah perubahan total dalam perjalanan hidup Muhammad SAW dan umatnya. Wallahu a'lam. (ASM. Romli).*


BUMBU DAPUR, MENGGERUS BERBAGAI PENYAKIT  BELIMBING WULUH TURUNKAN HIPERTENSI

* Nyeri haid bisa diatasi dengan asam jawa
* Belimbing wuluh untuk obat oles reumatik


Di Indonesia banyak tumbuh pohon asam Jawa dan belimbing wuluh. Dulu, bahkan Malioboro penuh dengan pohon asam Jawa yang tumbuh di tepi-tepi jalan.
Ada banyak khasiat yang ditemukan orang dari tanaman ini, tetapi masih sangat sedikit orang yang memanfaatkannya.
Padahal, asam bisa menyembuhkan bisul, sedang belimbing wuluh bisa untuk menurunkan tekanan darah

PADA umumnya orang tidak terlalu kesulitan menanam tanaman yang berfungsi sebagai bumbu dapur. Di Indonesia, iklimnya sangat memungkinkan. Ada yang menggunakan sistem monokultur ada yang dengan tumpang sari. Petani Indonesia umumnya menggunakan sistem tumpang sari, khususnya untuk lahan kering. Oleh karena itu, kiranya tak terlalu sulit membudidayakan bumbu dapur, karena itu semua sangat bermanfaat, khususnya untuk kesehatan kita sendiri. Dari berbagai jenis bumbu dapur yang nyanding, kita ambil dua di antaranya, yakni asam Jawa dan belimbing wuluh.

Pada bumbu dapur bernama asam jawa itu, pasti lebih banyak terdapat di Pulau Jawa. Karena itu disebut asam jawa. Di sepanjang Malioboro, pada tahun-tahun 1900-an masih banyak pohon asam ditanam. Menjadi hiasan dan penanda bahwa pada masa lalu Malioboro sangat rindang. Tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, banyak orang menebangi. Sehingga, hanya ada satu sampai lima batang pohon saja yang tersisa.

Padahal, asam jawa (Tamarindus indica Linn) ini banyak khasiatnya. Di Indonesia tanaman ini dikenal dengan nama daerah di antaranya kayu asam, tangkal asam, asang jawi, cempa dan bak me. Termasuk famili Caesalpini aseae. Banyak orang menggunakan sebagai penyedap masakan, karena itu tergolong dalam bumbu dapur yang penting, dan juga untuk obat tradisional. Tidak terlalu sulit mengembangbiakkan tanaman asam jawa ini. Bijinya bisa ditanam dan sistem cangkok juga oke.

Tempo dulu, asam jawa juga banyak ditanam di pekarangan para bangsawan di Yogyakarta sebagai pohon perindang. Daunnya bersirip genap, setiap bulan September-Oktober, daun-daun itu gugur berganti dengan yang baru, di Jawa lazim disebut sinom.

DARI beberapa penelitian yang dilakukan diketahui bahwa buah asam jawa memiliki sifat manis, asam dan sejuk. Kandungan kimia alamiah yang terdapat dalam buah asam di antaranya gula invert, tartaric acid, citric acid, pipecolic acid, serine, bertaalanine, proline dan leuchine. “Daun asam ini mengandung sitexinm isovitexin dan orientin. Kulit kayunya mengandung tanin,” jelas Vivi Kurniati Tjahjadi, dkk, yang juga ikut menyusun buku mengenai bumbu dapur ini dalam Tim Karyasari.

Karena khasiatnya sudah diketahui sejak lama, secara turun-temurun asam jawa diyakini dapat mengobati penyakit radang payudara, bisul, borok luka, sariawan, demam, reumatik atau bengkak terpukul. Selain itu, bisa menurunkan berat badan, gatal-gatal, mencegah rambut rontok, bengkak persendian, kerat gigi, susah tidur dan batuk. Asam jawa dalam kemasan, juga sudah dipasarkan. Sehingga, masyarakat sebenarnya sudah sangat mengenal dan tidak terlalu sulit mendapatkannya.

Bila diramu dengan beberapa bahan lain, asam jawa bisa dipakai mengobati nyeri haid. Bahan-bahan itu terdiri 3/4 jari rimpang temulawak, 2 jari asam jawa, 2 jari asam trengguli, 8 biji kedaung, 1/3 genggam daun sembung, 3 jari gula enau. Setelah dicuci, bahan dipotong-potong seperlunya. Direbus dengan 3 gelas air bersih hingga menjadi 2 gelas. Sesudah dingin disaring lalu diminum 2-3 kali sehari.

Cacar air juga bisa disembuhkan dengan racikan jamu berbahan asam jawa. Bahan-bahannya terdiri 2 jari rimpang cekur, 1 jari rimpang temulawak, 3 jari asam jawa dan 3 jari gula enau. Bahan dicuci, dipotong-potong seperlunya, direbus dengan 4 gelas air bersih hingga menjadi 3 gelas. Setelah dingin disaring, dibagi tiga sama banyak, diminum 3 kali sehari.

Bagaimana dengan belimbing wuluh? Tanaman ini menyebar hampir di seluruh Nusantara. Di Aceh, tanaman ini dikenal dengan nama limeng dan di Bali disebut blimbing buloh. Sementara itu, belimbing wuluh ini subur tumbuh di Halmahera. Bahkan bisa ditemui di tepi hutan dengan nama malibi. Betapa kayanya penamaan tumbuhan ini di negeri kita, yang apabila kita tidak mengetahuinya, akan sulit menunjukkan barangnya. Tinggi pohon ini, bisa mencapai sepuluh sampai lima belas meter. Daunnya majemuk, menyirip, dengan bunga berbentuk bintang bergerombol.

BUAHNYA lonjong bulat, berair banyak. Rasanya sangat masam dan di dalamnya terdapat banyak biji. Ketika belimbing masih dalam kondisi muda, warnanya hijau tua. Kemudian berangsur menjadi kekuningan ketika usia mencapai dewasa. Lebih menyukai tumbuh di daerah terbuka dengan intensitas sinar matahari penuh sepanjang hari. Tak heran jika di tepi-tepi pagar sebuah perumahan, terdapat pohon belimbing wuluh. Banyak pula orang memetik buahnya dan kemudian mengonsumsinya.

Kandungan zat kimia yang ada pada belimbing wuluh, antara lain, saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat, sulfur, asam format dan peroksida. Selain digunakan sebagai bumbu masakan, menurut Ir WP Winarto, digunakan bahan ramuan obat tradisional yang digunakan secara turun-temurun. Orang menggunakannya untuk menyembuhkan sariawan, darah tinggi, gondongen, pegal linu, batuk pada anak, batuk rejam, reumatik, sakit gigi karena lubang. Sesekali ada pula yang menggunakan untuk menghilangkan jerawat.

Seperti diungkap dalam ‘Cabe Puyang Warisan nenek Moyang’, belimbing wuluh bisa dipakai mengobati reumatik. Bahannya, ambil 5 buah belimbing wuluh, 8 lembar daun kantil, 15 kuntum cengkih, 15 butir lada hitam. Semua bahan dicuci dan ditumbuk hingga lembut, diremas dengan 2 sendok makan jeruk nipis, 1 sendok makan kayu putih. Hasilnya dipakai untuk menggosok bagian yang sakit. Lakukan 2 kali sehari.

Karena bisa ditemui hampir di seluruh daerah di tanah air, belimbing wuluh memiliki banyak nama lokal, misal tangkurera, miri-miri, calene, ifel milo, sanggulera, tangkurera, calincing dan sebagainya.

DUA bahan di atas baru dua di antaranya. Padahal, masih seabrek bumbu dapur yang perlu diketahui kandungan zat penyembuhnya. Penderita asam urat, misalnya, setelah menyerah tak sembuh-sembuh ditangani dokter, mulai mengerling obat tradisional. Dicobanya akar tanaman sidoguri. Ajaib, dalam tiga hari saja sembuh.

Berbagai penyakit seperti darah tinggi, juga bisa diobati karena bumbu dapur ini. Ada yang memanfaatkan bawang putih, yang dikupas kemudian dikunyah sampai halus dan ditelan. Bersamaan dengan itu, menelan air hangat. Selain bawang putih, juga dipakai jeruk nipis. Bunganya diambil sebanyak 20 kuntum, buah jeruk nipis dua buah dan daunnya 30 lembar. Setelah direbus, disaring, kemudian diminum. Kalau perlu dicampur madu.

(Arwan Tuti Artha)-k |sumber :koranmerapi.com

 

Rose ---Persembahan ----BERPUASA ALA NABI MUHAMMAD (4) TADARRUS BUKAN SEKADAR MEMBACA ALQURAN

AKTIVITAS ibadah yang banyak dilakukan Nabi Muhammad selama Ramadan adalah memperbanyak membaca Alquran.

Beliau bersabda: “Orang-orang yang berkumpul di masjid dan membaca Alquran, maka kepada mereka Allah akan menurunkan ketenangan batin dan limpahan rahmat” (HR Muslim).

Syukurlah, aktivitas tadarrus ini masih banyak dilakukan umat Islam saat ini. Tetapi, sebagian orang mengartikan tadarrus dengan membaca Alquran secara ëpatunganí (secara bergiliran). Yang seperti itu pun ada manfaatnya. Seperti disebutkan dalam hadis:

“Barangsiapa membaca satu huruf Alquran, maka pahala untuknya sepuluh kali lipat kebaikan” (HR Tirmidzi).

Namun, membaca dalam konteks hadis di atas, tidak perlu diartikan secara harfiah.

Ketenangan batin dan limpahan rahmat akan mungkin lebih bisa dicapai bila tadarrusan diartikan dengan mempelajari, menelaah, dan menikmati Alquran.

Sudah saatnya kita tidak lagi membaca Alquran tanpa mengetahui maknanya. Karena bagi kita sudah saatnya untuk mendapatkan arti limpahan rahmat tersebut dari menelaah kandungan isi Alquran.

Sekalipun demikian, memang benar, untuk lapisan masyarakat tertentu, suasana yang dipantulkan oleh malam Ramadan dengan tarawih dan tadarusannya, amat dirasakan sekali manfaatnya dalam menciptakan ketenangan batin.

Selain tadarrusan, selama Ramadan, Nabi Muhammad juga memperbanyak sedekah. Seperti dijelaskan dalam hadis: ìSedekah yang paling utama adalah sedekah pada bulan Ramadan.” (HR Tirmidzi)

Bersedekah bukan hanya memberi uang. Tetapi, termasuk di dalamnya memberi pertolongan, mengajak berbuka puasa kepada fakir miskin, memberi perhatian, bahkan memberi seulas senyum pun sudah termasuk suatu sedekah.

Dapat dibayangkan jika konsep “memberi” (secara luas) ini diterapkan secara maksimal, selama Ramadan. Akan luar biasa pengaruhnya pada pribadi kita. Sikap kikir menyingkir, sikap ketergantungan menghilang. Dengan memberi sedekah, setahap demi setahap, harga diri akan meningkat.

Sebab, sesungguhnya ketika kita memberi, seseorang akan memperoleh. Dengan demikian, dalam konsep memberi terkandung esensi cinta-kasih